13 Juni 2009

Studi Singkat Kemiskinan di Kabupaten Bandung Barat

Bismillahirrohmanirrohim


Studi Singkat Kemiskinan di Kabupaten Bandung Barat

Bandung merupakan sebuah kota besar sekaligus sebagai ibu kota provinsi Jawa Barat. Namun, ternyata masih banyak daerah Bandung yang tergolong miskin khususnya di daerah Kabupaten Bandung Barat. Berdasarkan data dari World Bank, garis kemiskinan dibagi menjadi dua yaitu Kemiskinan Absolut, dimana penghasilan masyarakat perkapitanya sebesar Rp 459.000,00 per bulan, dan kemiskinan Moderat, sebesar Rp720.000,00. Namun garis kemiskinan yang ditetapkan World Bank ternyata jauh lebih tinggi dibandingkan garis kemiskinan yang ditetapkan BPS, sebesar Rp 182.636,00 per bulan. Oleh karena itu, suatu masyarakat yang dikatakan tidak miskin oleh BPS, belum tentu tidak miskin menurut World Bank. Untuk menyelidiki kemiskinan tersebut kami telah melakukan survey kemiskinan dibeberapa daerah di Kabupaten Bandung Barat antara lain di daerah Desa Nanjung (Kecamatan Margaasih), Desa Cikahuripan (Lembang Bandung), Kecamatan Parongpong, Kampung Barunagri, Desa Sukajayat , Desa Sariwangi dan di beberapa daerah lainnya yang tingkat kemiskinannya dianggap cukup memprihatinkan. Pada kesempatan ini, bahasan dikerucutkan kea rah 2 poin penting. Pertama adalah Isu Garis Kemiskinan Masyarakat Kabupaten Bandung Barat. Kedua adalah Isu Relasi Parameter Kesejahteraan yang ditemukan.

Pertama adalah Isu Garis Kemiskinan Masyarakat Kabupaten Bandung Barat. Dari data yang didapatkan, pengolahan yang dilakukan terkait isu ini berdasar dengan standar garis kemiskinan yang dikeluarkan oleh BPS dan World Bank. Pada pengolahan yang dilakukan, ditemufan fakta menarik terkait masalah garis kemiskinan ini. Jika ditinjau dari standar yang dikeluarkan oleh World Bank dan juga BPS, tampak adanya perbedaan yang jauh sekali dalam hal penentuan garis kemiskinan. Hal ini, berimbas juga pada hasil pengolahan dan analisis data yang kami lakukan. Pendapatan perkapita pada daerah survey pada umumnya berada di atas garis kemiskinan yang ditetapkan oleh BPS. Namun, pendapatan perkapita ini ternyata masih di bawah garis kemiskinan yang ditetapkan World Bank. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan definisi garis kemiskinan yang diusung oleh 2 pihak ini. Sehingga, kesimpulan yang kami dapatkan pun berbeda bergantung sudut pandang mana yang digunakan sebagai standar. Masyarakat Kabupaten Bandung Barat dianggap tidak miskin jika standar garis kemiskinannya adalah satandar BPS, namun akan menjadi masyarakat miskin ketika standar yang digunakan merupakan standar World Bank. Dengan fakta menarik ini, kami ingin memberikan pandangan yang lebih lengkap kepada masyarakat akan adanya isu garis kemiskinan ataupun pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah. Apakah definisi kemiskinan yang diajukan dan diperjuangkan untuk diberantas benar-benar representatif menjamin kesejahteraan masyarakat? Padahal, pada parameter survey yang digunakan menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga responden pernah mengalami kekurangan. Hal ini diperkuat pula dengan data bahwa pendapatan keluarga dipaksakan seimbang dengan pengeluaran, walaupun pengeluaran itu pun belum bisa memenuhi kebutuhan primer keluarga. Sehingga, kami simpulkan pendapatan perkapita masyarakat Kabupaten Bandung Barat masih berada pada garis kemiskinan.

Kedua adalah Relasi Antar Parameter Survey. Relasi antar parameter ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada relasi antara parameter yang satu dengan lainnya. Didapatkan, dengan confidential interval sebesar 95%, parameter-parameter yang berelasi adalah:

  • Penghasilan dengan Pengeluaran

  • Penghasilan dengan Biaya Makan

  • Penghasilan denga Luas Bangunan Rumah

  • Penghasilan dengan Kesehatan

  • Pendidikan dengan Penghasilan

Jika diilustrasikan dengan gambar relasi, seperti di bawah ini:

Gambar Ilustrasi Relasi

Dari beberapa pengambilan uji hipotesis dan relasi, didapatkan relasi yang seperti digambarkan di atas. Fakta unik yang kami dapatkan adalah pendidikan memiliki arti yang sangat penting bagi kesejahteraan masyarakat. Mungkin hal ini terdengar biasa, namun jika dicermati dengan baik data yang diperoleh, dengan dengan confidential interval 95%, pendidikan berelasi kuat dengan pendapatan dan pengeluaran keluarga. Sedangkan pendapatan keluarga sendiri berelasi kuat dengan pengeluaran, biaya makan, luas rumah, dan kesehatan keluarga. Relasi yang dibentuk oleh pendidikan dan pendapatan yang didapatkan adalah positif atau berbanding lurus. Jika pendidikan ini tidak diperbaiki dari segi kualitas maupun kuantitas, bisa diprediksikan kondisi kesejahteraan masyarakat tidak akan meningkat, bahkan bisa menjadi lebih buruk di masa yang akan datang. Sebaliknya, jika pendidikan ini bisa diperbaiki dari segi kualitas dan kuantitas, besar kemungkinan kesejahteraan masyarakat akan meningkat di masa yang akan datang. Tentu saja tidak dilupakan faktor kesadaran dan keseriusan dari masyarakat dan pemerintah itu sendiri dalam menyikapi pentingnya pendidikan terhadap kesejahteraan hidupnya.



Lampiran

Beberapa data hasil survey

:: Desa Cikahuripan, Kecamatan Lembang

Pendidikan Terakhir Kepala Keluarga


Pekerjaan Kepala Keluarga


Total Pemasukan dan Pengeluaran per-Bulan

(100% = Total Keluarga Responden)


:: Kecamatan Parongpong

Pendidikan Terakhir Kepala Keluarga


Pekerjaan Kepala Keluarga


Penghasilan Kepala Keluarga


Pengeluaran Keluarga per-Bulan


Dari Hasil Survey EL2092-Probabilitas dan Statistik
Dirangkum dari beberapa kelompok K-01
Editor: Rachmad Vidya WP


0 respon:

Recent Comments

Powered by Blogger Widgets