19 Maret 2011

Percaya Diri itu Penting, Tapi Ada Syaratnya

Bismillahirrohmanirrohim

Diriwayatkan dan ditulis kembali dalam kitab tarikh Nabi Muhammad SAW, ketika tengah terjadi Perang Badar, ketika pasukan kaum muslimin dan pasukan kaum musyrikin Quraisy tengah saling menyerang satu sam lain, masing-masing kubu berdoa agar mendapatkan kemengan.

Dari kubu muslimin
Nabi Muhammad SAW berdoa
"Ya Allah, sempurnakanlah kepadaku segala apa yang engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, berikanlah apa-apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika Engkau memberikan kekalahan pada pasukan Islam, tentulah Engkau tidak disembah di muka bumi ini"

Dari kubu musyrikin Quraisy
Abu Jahal berdoa:
"Ya Tuhan, siapakah yang lebih cinta kepada Engkau dan yang lebih ridha pada ssi Engkau. Maka berilah pertolongan kepada kami ya Tuhan! Kamilah yang terutama membela kebenaran, maka berilah pertolongan kepada kami! Ya Tuhan, agama kami yang lama dan Muhammad yang baru! Ya Allah, tolonglah olehMu di antara kedua itu yang paling baik!"

Ternyata, setelah dipahami, ternyata kedua kubu itu berperang untuk membela agamanya masing-masing yang ternyata sama-sama berdoa kepada Allah. Mereka saling percaya diri sebagai pihak yang benar. Allah gambarkan dalam ayat berikut:

Inilah dua golongan [golongan mukmin dan golongan kafir] yang bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai Tuhan mereka. Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari api neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka. (QS.22:19) 

Allah juga memberikan suatu petunjuk bagaimana mengidentifikasi kebenaran, yaitu dari ayat berikut

Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih [dari syirik]. Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah [berkata]: "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. (QS.39:3)  
 
Nah, ternyata masalah utama ada kebersihan / kemurnian. Ketika ajaran yang dianut tidak murni dan salah jalan, maka dikhawatirkan yang terjadi adalah tidak diterimanya amal ibadah. Seperti yang dijelaskan Allah pada ayat berikut:

Kenapa Allah tidak mengazab mereka padahal mereka menghalangi orang untuk [mendatangi] Masjidil Haram dan mereka bukanlah orang-orang yang berhak menguasainya? Orang-orang yang berhak menguasai [nya], hanyalah orang-orang yang bertakwa, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (34) Sembahyang mereka di sekitar Baitullah itu, lain tidak hanyalah siulan dan tepukan tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu. (35) 
>> QS.8:34-35

Inilah gambaran Allah (ayat 34) kepada penguasa Mekah  (Abu Jahal) waktu itu. Mereka tidak mengerti akan ajaran Milah Ibrahim yang lurus. Mereka mengatur penduduk dan kota Mekah dengan penuh unsur kemusyrikan. Yaitu dengan menyembah berhala dari patung-patung yang mereka percayai bisa menyambungkan lebih cepat doa mereka kepada Allah. Padahal langsung dijelaskan oleh Allah, penyembahan semacam itu tidak akan sampai amal ibadahnya. Seakan hanya siulan dan tepuk tangan. Abu Jahal dan pengikutnya, merasa ajaran agama yang diketahuinya tetaplah murni seperti dahulu dibawa oleh Nabi Ibrahim as, apalagi nenek moyang mereka (kakek-nenek, ibu-bapak, ketua-ketua kaum) juga melakukan hal yang sama. Para musyrikin tidak paham bahwa ajaran yang mereka terima sedari kecil itu sudah belok jalannya. Oleh sebab itu, Nabi Muhammad SAW berusaha memurnikan ajaran Islam.  Sebagai pemimpin Islam yang membawa umat yang lebih berhak untuk menguasai Masjidil Haram. Untuk mengarahkan segala peribadahan langsung lurus menuju Allah.

Semoga kita bisa mengambil pelajaran dan bersikap
Wallahu a'lam 


0 respon:

Recent Comments

Powered by Blogger Widgets