12 September 2012

Sebelum Dijelaskan tentang Al Qur'an, Kita itu Tersesat dan Lalai

بسم الله الرحمن الرحيم

نحن نقص عليك أحسن القصص بما أوحينا إليك هذا القرآن وإن كنت من قبله لمن الغافلين
Kami menceriterakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Qur'an ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan) nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui. (QS.Yusuf:3)

Pada ayat di atas, dijelaskan bahwa di dalam Al Qur'an, diceritakan kisah-kisah terbaik. Bagaimana ayat-ayat dan kisah dalam Al Qur'an bisa kita pahami? Yaitu dengan dibacakannya dan dijelaskannya isi Al Qur'an kepada "manusia (awam)", dari "Kami". Sebelum itu dibacakan dan dijelaskan, maka manusia itu lalai. Di ayat di atas menggunakan "ghafiliin", yang berarti lalai, yang artinya tidak hanya sekedar tidak tahu, tapi juga tidak mau tahu, main-main, dan tidak serius.

Artinya, karena ayat ini diturunkan untuk segenap manusia di dunia hingga akhir zaman, maka tentulah pasti kita akan melalui masa "lalai" itu. Masa di mana kejahiliyahan-lah yang menyetir kita. Masa ketika setelah fitrah manusia yang terbawa ketika bayi dan balita mulai teracuni oleh godaan-godaan dunia di masa remaja dan dewasa. Maka ketika, orang tua dan diri kita sendiri tidak sadar apa itu tanggung jawab manusia di dunia, pedoman apa yang harus dia pegang, dan apa yang harus dia lakukan, maka sesungguhnya kita masih ada dalam kejahiliyahan.

Mungkin ada dari kita yang sejak kecil dikenalkan dengan sholat, zakat, dan ibadah ritual ke-Islam-an lainnya, namun kebanyakan karena orang tua belum memahami bagaimana hidup ber-Islam dengan benar dan lengkap, maka mulai terjadilah degradasi ilmu dan kualitas keimanan, sehingga mudah terjerumus dalam kejahiliyahan. Sehingga, kita semakin sulit untuk membuktikan "keimanan" kita untuk dipertanggungjawabkan kelak di akhirat. Pernah merasa seperti itu?

ووجدك ضالا فهدى
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. (QS.Ad-Dhuuha:7)

Memang itulah sunatullah, ketika Islam hanya dilihat sebagai konsep tanpa implementasi, maka akan menyebabkan kegalauan, kebingungan dan kesesatan. Maka, benarlah ayat di atas yang menyebutkan bahwa kita itu "dholal" - sesat; "ghafiil" - lalai hingga mendapat petunjuk (dibacakan dan dijelaskan tentang Al Qur'an) hingga dibimbing dalam melaksanakannya, tidak dilepas dengan interpretasi sendiri tanpa ilmu dan seenak perut (hawa nafsu) sendiri.

Wallahu a'lam bis showab

0 respon:

Recent Comments

Powered by Blogger Widgets